Generasi Milenials ; Mengamati Dialog dalam Komunikasi
Oleh : Bayu Anggara*
Mahasiswa Prodi Komunikasi dan
Penyiaran Islam Fakultas Dakwah dan Komunikasi Universitas Islam Negeri
Walisongo Semarang
Begitu cepat suatu zaman berganti
sehingga generasi ke generasi pun turut berkembang sesuai kebutuhan zaman. Perkembangan
generasi ini tentu didukung banyak sekali kemajuan-kemajuan dalam kehidupan
manusia dan dewasa ini disebut generasi milenials. Generasi Milenials (Gen-Y)
adalah kelompok demografi setelah Generasi X
(Gen-X). Para ahli dan peneliti biasanya menggunakan awal 1980-an sebagai awal
kelahiran kelompok ini dan pertengahan tahun 1990-an hingga awal 2000-an
sebagai akhir kelahiran. Pada prinsipnya Generasi Milenials adalah mereka yang
lahir di era digital, era information technology (IT), dan era distraction.
Diantara generasi satu dengan
generasi lainnya tentu memiliki keunggulan (kelebihan) dan kelemahan (kekurangan)
masing-masing pada zamannya. Generasi milenials pun memiliki keunggulan dan
kelemahan sama dengan generasi-generasi yang terdahulu. Beberapa keunggulan
generasi milenials ialah mampu menggunakan teknologi digital dengan maksimal,
menguasai information technology (IT) dengan benar, dan memahami apa itu
era distraction (yang dikemukakan oleh seorang filsuf postmodern Jean
Baudrillard) dengan cermat di zaman ini. Bersebrangan dengan
keunggulan, generasi milenials ini memiliki kelemahan yang relatif banyak
tetapi secara pribadi penulis khawatir dengan hubungan sosial (interaksi
sosial) dengan sekitar. Karena hubungan sosial (interaksi sosial) menjadi fokus
kelemahan yang penulis amati dari generasi milenials dalam pembahasan ini.
Kekhawatiran itu muncul karena penulis
melihat realita yang terjadi di masyarakat. Pada umumnya generasi milenials
sekarang cenderung lebih acuh terhadap lingkungan sekitar karena sibuk dengan dunianya
sendiri. Apalagi dewasa ini generasi milenials dispesifikan lagi dengan istilah
“Kids Zaman Now” artinya anak-anak zaman sekarang yang kekinian. Dalam
hal ini, penulis semakin miris dengan adanya istilah tersebut dikarenakan
penulis khawatir anak-anak zaman sekarang hidup hanya untuk life style
namun tidak didukung dengan intellectual yang berkualitas.
Namun, semuanya kan baik saja
apabila kita sebagai mahasiswa UIN harapan bangsa terlebih sebagai insan cita yang
peduli untuk mengadakan perubahan kearah yang lebih baik dari sebelumnya. Perubahan
tentu tidak akan terjadi sekaligus dalam pelaksaannya, akan tetapi butuh proses
yang harus dilalui untuk dapat menuai hasilnya. Dalam hal ini penulis mencoba
memberi gambaran dari sebuah pegamatan tentang bagaimana komunikasi dapat
berlangsung secara efektif dan ibrah-nya adalah kepada lingkungan sosial.
Mengamati Dialog dalam Komunikasi
Penulis sendiri masuk kedalam
Gen-Y atau generasi milenials, artinya dalam proses analisis dialog ini penulis
menggunakan kemampuan yang penulis bisa sebagai generasi milenials. Tepat di
hari Sabtu (21/4/2018) atau Hari Kartini kemarin penulis telah mengamati dialog
yang dilakukan oleh komunikator dan diterima oleh komunikan. Dalam pengamatan
tersebut penulis menggunakan kecanggihan dunia digital yaitu Smartphone.
Penulis menggunakan Smartphone karena
penulis ingin mengamati dialog komunikasi dengan kecanggihan teknologi dan
memaksimalkan kinerja Smartphone di era digital sesuai dengan fungsinya.
Kecanggihan teknolongi ini adalah implementasi dari sikap milenials yakni
menguasai era information technology (IT) dengan benar. Selanjutnya
dapat memahami era distraction dengan cermat, dapat mengambil sikap atas
hal-hal yang menyebabkan ketidaklancaran dialog dalam komuikasi.
Dialog yang penulis amati adalah
tentang suatu proses mempengaruhi dari komunikator kepada komunikan. Proses
mempengaruhi disini adalah suatu ajakan yang dapat mempengaruhi komunikan
kearah yang positif atau negatif. Inti dari percakapan komunikator dengan
komunikan adalah “komunikator (NH) menyampaikan suatu pengaruh ketidaksukaannya
terhadap seseorang dengan menunjukan beberapa bukti kepada komunikan (RF). Alhasil,
(RF) pun terpengaruh karena (NH) pandai berspekulasi tentang ketidaksukaanya,
memberi banyak alasan pendukung atas ketidaksukaanya, dan memperlihatkan sikap ketidaksukaanya
kepada orang yang tidak disukainya. Namun respon selanjutnya dari (RF) hanya
biasa saja karena dia tahu yang bermasalah atau yang tidak suka hanyalah (NH)
tidak bisa memaksa kepada (RF) untuk ikut tidak suka kepada orang yang tidak
disukai oleh (NH).
Dari pemaparan diatas terkait
dengan mengamati dialog dalam komunikasi dapat diketahui bahwa dialog tersebut
sudah mengandung tiga unsur dalam
komunikasi, yaitu; (1) komunikator, (2) komunikan, dan (3) pesan. Selain itu,
komunikasi yang terjadi adalah komunikasi dua arah (feedback) dari komunikan
kepada komunikator. Kemudian dialog dalam komunikasi ini berefek kepada (RF)
mengetahui seputar keburukan orang yang tidak disukai oleh (NH). Selanjutnya
reaksi (RF) sebagai komunikan tidak begitu memperdulikan, hal tersebut akan
tetapi malah menganggap hal tersebut sebagai hal yang biasa saja (sederhana),
dan dia sudah tahu yang bermasalah atau yang tidak suka hanyalah (NH) tidak
bisa memaksa kepada (RF) untuk ikut tidak suka kepada orang yang tidak disukai oleh
(NH).
Generasi Milenials Sosial
Generasi milenials harus lebih
unggul dari generasi sebelumnya. Sudah diketahui pemaparaan generasi milenials
diawal dengan keunggulan dan kelemahannya. Maka tugas kita sebagai generasi
milenials adalah mengasah, mengembangkan, dan terus meningkatkan apa-apa yang
menjadi keunggulan generasi milenials sebagai sebuah nilai positif. Tugas
selajutnya adalah mereduksi segala kelemahan generasi milenials sebuah nilai
negatif yang apabila dikembangkan justru akan mengalahkan keunggulan generasi
milenials itu sendiri.
Jika penjelasan diatas selain
generasi milenials harus cakap disetiap lini di era digital, era information
technology (IT), dan era distraction. Generasi milenials juga harus
menguasai keadaan sosial yang ada di masyarakat. Inilah tantangan bagi generasi
milenials, karena generasi ini hidup dengan life stlye yang cenderung individualis
yakni sibuk dengan dunia digitalnya dan menyampingkan interaksi sosial yang
seharusnya diterapkan secara berkesinambungan.
Jean Baudrillard (1929) hakikat
dan pengaruh komunikasi dalam masyarakat pascamodern adalah sebuah perhatian
utama. Menelaah dari maksud kalimat tersebut bahwa hakikat komunikasi dan pengaruh
komunikasi sangatlah krusial di era postmodern ini terlebih sebagai generasi milenials
yang harus memahami hakikat komunikasi dan mengetahui pengaruh komunikasi.
Dengan begitu generasi milenials akan segera terbangun dari dunia digitalnya
untuk mewujudkan hubungan sosial atau interaksi sosial yang baik di masyarakat.
Demikianlah gambaran sederhana
tentang pengamatan dialog dalam komunikasi yang penulis kaitkan dengan generasi
milenials. Harapan dari skema komunikasi diatas adalah dapat menggugah life
stlye dari dunia digital (individualis) pada kecenderungan intelektualitas
dan menjaga erat hubungan sosial. Dengan begitu generasi milenials akan terus
berkembang sesuai kebutuhan zaman dengan proporsional, akhlak karimah dan
berdikari.
Wallahu a’lam bi ash-showab.
Komentar